6 Tren Digital Industri Migas 2025: Efisiensi Meningkat, Risiko Siber Mengintai

Industri minyak dan gas (migas) sedang mengalami perubahan besar-besaran. Tren digital industri migas melalui penerapan teknologi seperti Internet of Things industri (IIoT), kecerdasan buatan (AI), robotisasi, hingga AR/VR membuat efisiensi meningkat pesat. Namun, bersamaan dengan kemajuan ini, ancaman serangan siber juga semakin besar.
Riset VDC Research menyebutkan hampir dua pertiga perusahaan migas menargetkan transformasi digital penuh dalam dua tahun ke depan. Adrian Hia, Managing Director Asia Pasifik Kaspersky, mengingatkan, “Semakin tinggi konektivitas, semakin besar potensi ancaman siber.”
Berikut enam tren digital utama yang membentuk masa depan industri migas:
1. IIoT dan Cloud Computing
Sensor IIoT memungkinkan pemantauan real-time pada pengeboran, jaringan pipa, hingga kondisi lingkungan. Cloud computing mendukung analitik skala besar, namun memperluas permukaan serangan. Moody’s memprediksi 14% industri akan menggunakan cloud publik yang rawan kebocoran data.
2. AI, Machine Learning, dan Hiper-otomatisasi
AI dan machine learning membantu pemeliharaan prediktif, efisiensi energi, dan otomatisasi proses. Meski demikian, teknologi ini rentan manipulasi model dan keracunan data yang bisa memicu gangguan operasional serius.
3. Konvergensi TI/OT
Integrasi Teknologi Informasi (TI) dan Teknologi Operasional (OT) membuka peluang operasi jarak jauh dan pengambilan keputusan berbasis data. Namun, sistem OT lama yang tidak mendesain konektivitas eksternal justru membuka celah keamanan baru.
4. Robotisasi dan 5G
Perusahaan kini semakin sering menggunakan drone, robot, dan kendaraan bawah laut nirawak untuk inspeksi maupun eksplorasi. Dukungan jaringan 5G mempermudah pengambilan keputusan real-time. Sayangnya, pihak yang berniat jahat bisa meretas dan menyabot perangkat otonom ini.
5. Digital Twins
Digital twin atau replika digital aset fisik memungkinkan simulasi dan pemeliharaan tanpa gangguan operasional. Namun, jika pihak tak bertanggung jawab menyusupi digital twin, mereka dapat menyesatkan pengambilan keputusan atau membuka data sensitif. NIST menyarankan organisasi menerapkan zero trust architecture untuk mengurangi risiko ini.
6. Teknologi AR/VR
Pemanfaatan AR/VR mempermudah pelatihan dan perbaikan jarak jauh. Meski demikian, titik akses virtual yang tidak aman dapat menjadi pintu masuk bagi peretas, terutama ketika sistem lama diintegrasikan dengan teknologi baru.
Tantangan dan Upaya Mitigasi
Transformasi digital memperluas permukaan serangan dan menguji kesiapan industri migas. Sistem usang, akses eksternal, hingga kurangnya talenta keamanan siber menjadi tantangan utama.
Untuk menjawab tantangan tersebut, regulasi Critical Infrastructure Protection (CIP) diterapkan secara global, mendorong penerapan manajemen risiko ketat, kebijakan keamanan menyeluruh, hingga kesiapan respons insiden.
Kaspersky menghadirkan Kaspersky Industrial CyberSecurity (KICS) sebagai solusi perlindungan infrastruktur kritikal. Platform ini mampu mendeteksi dan merespons serangan kompleks secara terpusat pada jaringan industri.
“Untuk meraih manfaat maksimal dari digitalisasi sekaligus melindungi aset dan keselamatan personel, industri perlu memprioritaskan kerangka kerja keamanan yang kuat dan berinvestasi pada talenta siber terampil,” kata Adrian Hia.
Digitalisasi membawa peluang besar bagi industri migas dalam hal efisiensi, keberlanjutan, dan keselamatan kerja. Namun, ancaman siber tidak bisa diabaikan. Dengan strategi keamanan siber yang tepat dan talenta yang kompeten, sektor migas dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal tanpa mengorbankan keamanan.
Sumber: Tek.id