Pilkada Jabar, Pergerakan Parpol Masih Mendominasi

 

PEMILIHAN Kepala Daerah serentak 2018 akan menjadi pertarungan sengit partai-partai  politik menjelang perhelatan akbar lima tahunan 2019 mendatang. Di antara pilkada yang menarik perhatian publik adalah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.

Berdasarkan analisis Digital Nusantara Advertising (Diginusa) terhadap pemberitaan media online pada 15 April sampai 12 Juli 2017, Pilkada Jabar didominasi isu pergerakan partai yang mulai massif, meski Pilkada baru akan digelar tahun depan.

Selain itu, bermunculannya figur-figur bakal calon gubernur dan wakil gubernur, baik dari tokoh parpol maupun nonparpol, turut menambah semarak suasana menjelang kontestasi Pilkada di Tanah Priangan. Pilkada DKI Jakarta Effect, banyaknya rilis lembaga survei, dan prediksi permainan isu SARA, juga menghiasi pemberitaan media mengenai Pilkada Jabar.

Sebanyak 54% berita memuat pergerakan partai politik, proses kandidasi calon 30%, calon perempuan 6%, Pilkada DKI Effect 5%, rilis lembaga survei 4%, predisi permainan isu SARA 1%.

Dominasi liputan media terhadap pergerakan partai politik ini menjadi indikasi bahwa pertarungan di Pilgub Jabar akan dipengaruhi peta koalisi partai. Duet Gerindra dan PKS yang berencana membentuk “Poros Jabar” setelah sukses mengantarkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno ke kursi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, paling banyak diekspos media.

Sementara tingginya ekspos Golkar merujuk pada dukungan terhadap Ketua DPD Golkar Jawa Barat yang juga Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Adapun Partai NasDem hampir semua konten berita berkaitan dengan deklarasi dukungan terhadap Ridwan Kamil.

PAN, PPP, dan PKB berdasarkan pemberitaan terbaru yang mengerucut pada niatan politik untuk menempatkan kadernya pada di posisi calon wakil gubernur.

Isu Pilkada DKI Jakarta Effect menguat dengan konten menyoroti potensi adanya replikasi strategi politik pada Pilkada DKI Jakarta akan direplikasi di Pilgub Jabar, seperi koalisi Gerindra-PKS. Bahkan media membingkai secara spesifik apabila koalisi Gerindra-PKS di Jabar terjadi dan sukses maka akan memuluskan Prabowo pada Pilpres 2019.

Figur potensial di Pilgub Jabar

Berdasarkan liputan media yang mengacu pada rilis lembaga survei, ada 11 bakal calon yang disebut-sebut akan bertarung di Pilgub Jabar 2018. Namun, dari seluruh bakal calon yang akan berkontestasi belum ada yang secara tegas melakukan komunikasi politik dengan partai sehingga posisi masing-masing tokoh masih dinamis.

Ke-11 figur itu adalah:

  1. Ridwan Kamil
  2. Dedi Mulyadi
  3. Deddy Mizwar
  4. Bima Arya
  5. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
  6. Dede Yusuf
  7. Iwa Karniwa (Sekda Jabar)
  8. UU Rhuzanul Ulum (Bupati Tasikmalaya)
  9. Desy Ratnasari
  10. Netty Heryawan (Istri Aher)
  11. Puti Guntur Soekarnoputri (Anggota DPR RI dari PDIP)

Dari 11 bakal calon, Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Dedy Mizwar menjadi kandidat yang paling banyak mendapatkan ekspos media. Ridwan Kamil menempati urutan teratas menyusul Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar.

Eksposur Para Kandidat

Senada dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting tentang tingkat keterpilihan atau elektabilitas bakal calon gubernur Jawa Barat. Ridwan Kamil unggul dibanding empat kandidat lain yakni Dedi Mulyadi, Deddy Mizwar, Dede Yusuf dan Aa Gym.

Begitu pula saat dilakukan simulasi head to head antara kelima tokoh. Ridwan Kamil unggul 49,5% saat diadu dengan Deddy Mizwar yang hanya dipilih 36,8% responden. Ridwan juga menang saat ditandingkan dengan Dedi Mulayadi dengan perolehan 57,7% vs 22,2%, demikian saat melawan Aa Gym. Ridwan Kamil (60,8%) vs Aa Gym (22,6%).

Kelebihan dan kelemahan calon

Berdasarkan data analisa Diginusa, sejumlah kelebihan dan kelemahan dimiliki pada bakal calon, seperti Ridwan Kamil yang paling banyak diberitakan media. Ridwan Kamil mulai diserang dengan isu SARA dan keagamaan, khususnya pasca deklarasi dukungan dari NasDem. Ridwan Kamil juga dianggap sudah didukung oleh pihak pro penista agama dan menjadi pengkhianat Gerindra.

Dedi Mulyadi cenderung lebih aman. Belum ada isu spesifik yang menyerang posisinya. Bahkan dari segi keaktifan berupa kegiatan sosial terus gencar dilakukan Dedi secara konsisten.

Sementara Bima Arya dan Desy Ratnasari berdasarkan pemberitaan terbaru condong lebih mengincar posisi sebagai bakal cawagub.

Adapun bakal calon lain seperti Netty Heryawan, diserang isu dinasti politik dan memanfaatkan kewenangan Ahmad Heryawan (Aher). Kemunculan Aa Gym juga diperhatikan oleh media sebagai figur yang dianggap pemimpin alternatif (muslim) yang pantas menjadi lawan calon kepala daerah pro penista agama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.