Selamat datang di fase new normal

Ilustrasi: Shutterstock

Salah satu perusahaan logistik yang berkantor di Jakarta khawatir betul saat pemerintah mengimbau agar semua pekerjaan dilakukan dari rumah alias work from home. Si bos bingung bagaimana mengawasi karyawan kerja atau tidak saat di rumah, pengisian absen seperti apa, dan banyak kebingungan lainnya.

Perusahaan tidak punya strategi dan persiapan untuk itu, karena memang enggak pernah terbayang akan ada kondisi yang mengharuskan bekerja dari rumah. Enggak heran kalau perusahaan ini baru menerapkan kerja dari rumah di awal April. Setelah semua perangkat kerja dari rumah untuk karyawan tersedia, sistem pengawasan karyawan dirasa bisa mengurangi kecurigaan bos.

“Ya biasanya kan kita selalu kerja di kantor. Enggak ada budaya kerja remote. Pas ada kejadian seperti ini, ya enggak siap, bagaimana saat mau meeting, absen karyawan gimana,” kata Shanti, beberapa waktu lalu.

Sejak 16 Maret hingga dua pekan ke depan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajak dunia usaha menerapkan kerja dari rumah mengingat Ibu Kota menjadi episentrum Covid-19. Kerja dari rumah diharapkan bisa mengurangi penyebaran Covid-19. Kebijakan itu kemudian diperpanjang. Perusahaan tempat Shanti bekerja pun harus bisa menyesesuaikan.

Hari pertama kerja dari rumah agak kaku. Shanti yang mengurus administrasi karyawan, dari mulai absen masuk sampai absen pulang, agak keteteran. Hari ketiga ia mulai beradaptasi. “Mungkin minggu depan bisa terbiasa,” ujarnya.

Sekarang, Shanti rapat dengan bosnya menggunakan layanan conference call Skype for Business. Karyawan absen ke Shanti dengan mengirimkan foto melalui WhatsApp. “Ternyata, semua bisa dikerjakan dari rumah dengan teknologi,” kata Shanti.

Berbeda dengan Suci Rahma yang bekerja sebagai freelance graphic design. Ia sudah terbiasa bekerja dari rumah, berkomunikasi dengan klien melalui email atau aplikasi chat, mengirim karya menggunakan Dropbox. Semua berjalan lancar dengan syarat jaringan internet enggak ngadat.

Adrian Rama, siswa kelas 2 SMP, sudah tiga minggu ini enggak belajar di sekolah. Senin lalu, sekitar pukul 08.00 ia sudah menghadap layar laptop. Adrian siap belajar bersama teman-teman dengan memanfaatkan layanan Zoom Meeting. Aplikasi yang sama juga ia gunakan untuk melepas kangen dengan siswa lainnya.

“Awalnya bingung sih, gak enak, tapi lama-lama seru juga,” ucap Adrian.

New Normal

Sejarah menunjukkan bahwa wabah bisa mengubah perdaban. Pada 1347-1353, 75 hingga 200 juta atau sekitar 60% penduduk Eurasia melayang karena terpapar pes (black death). Sejarah juga mencatat sepanjang 1913-1930 terjadinya wabah di berbagai belahan dunia termasuk di masa Hindia Belanda, Jawa Timur mengalami wabah pes yang merenggut puluhan ribu nyawa.

Dosen Pascasarjana bidang Ekonomi di Universitas Brawijaya Aji Dedi Mulawarman menyebut kejadian luar biasa biasanya menyebabkan terjadinya apa yang dinamakan Institutional Drift, perubahan yang menyebabkan secara berangsur dan lama menjadi tatanan peradaban baru di masa depan.

Covid-19 secara dramatis mengubah cara hidup umat manusia, hampir di seluruh dunia. Di Indonesia, masyarakat seperti Shanti sebelumnya awam bekerja dari rumah. Adrian Rama tidak biasa belajar memanfaatkan teknologi yang disediakan Zoom. Covid-19 memaksa mereka mengubah gaya.

Yuswohady, penulis buku, menyebut kita akan memasuki fase new normal setelah wabah ini berakhir, jumlah masyarakat yang terinfeksi atau meninggal berkurang dan akhirnya tidak ada lagi. Kebiasaan masyarakat berubah.

Berbelanja secara online, pesan makanan melalui aplikasi, bekerja dari rumah, menikmati hiburan melalui streaming, memanfaatkan layanan telemedicine. Tak cuma itu, kepedulian terhadap kesehatan dan kebersihan meningkat.

Karena semua dilakukan secara online, maka jaringan internet bak Tuhan. Mengutip CNN Indonesia, penyedia jasa internet, IndiHome dan Biznet mencatat lonjakan traffic data dan pengguna baru sejak ada kebijakan bekerja dan belajar dari rumah. Traffic Telkom misalnya, meningkat 13% pada malam hari.

Lonjakan traffic juga terjadi pada penonton harian TV Interaktif Indihome yang meningkat dari 8 juta ke 11 juta. Jumlah pelanggan baru pada Maret meningkat 30% sampai 40%.

Biznet mengalami penambahan traffic sekitar 20% dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Peningkatan internet kebanyakan terjadi di daerah perumahan saat jam kerja kantor. Jumlah pengguna baru meningkat 30%.

Inilah fase new normal, selamat datang…